Thursday, May 5, 2016

Mengatur Anggaran : Menjadi Realistis, daripada Miris

Halo!

Setelah beberapa post dengan topik yang random (karena menyesuaikan dengan suasana hati, sih :p ), sepertinya saya ingin berbagi hal-hal yang (semoga saja) bermanfaat. Dan itu adalah tentang….bagaimana mengatur keuangan rumah tangga dengan efisien!


*Lah, emang situ udah berumah tangga?*

Belum, sih :p  . Tapi kan mengatur keuangan rumah tangga bukan monopoli wanita dengan status istri saja, to?

Jadi, sehari-hari saya tinggal bersama keluarga komplit, minus kakak yang sudah menikah. Nah, karena kondisi tertentu, akhirnya posisi menteri keuangan diserahkan ke saya. Tentu saja, posisi Ibu Suri tetap di tangan Ibu! :))

A. Daftar
Biasanya, saya memulai dengan membuat daftar : (1). Sumber pemasukan; (2) Pengeluaran wajib. O iya, penting untuk menyiapkan nomor rekening khusus untuk keluar-masuk dana. Jadi, tidak akan bercampur dengan dana pribadi. Bisa repot deh kaloautercampur, bisa-bisa ge er bahwa dana di rekening pribadi masih banyak dan telanjur digunakan untuk beli bedak, eh ternyata itu duit beras. Hmmm.

Untuk poin (1), apabila sumbernya dari beberapa pihak (seperti pengalaman saya), wajib dikonfirmasi kesanggupan tiap pihak, berapa nominal perbulan yang akan diberikan? Dan kapan? Karena dalam prinsip keluarga kami, masalah keuangan harus terbuka. Tidak boleh ada paksaan, tidak boleh ada yang dikorbankan. Tujuannya, agar perencanaan awal dapat serealistis mungkin. Tidak ngawur.

Untuk poin (2), saya memasukkan kebutuhan dasar seperti : belanja (sehari-hari & bulanan), iuran lingkungan, rekening air-listrik-internet-TV, gaji ART, kesehatan, dan tabungan. Kebutuhan hiburan sengaja tidak saya masukkan, karena bersifat tentatif. Dan biasanya kami, para anak, lebih memilih mengeluarkan dana pribadi kami untuk keperluan hiburan keluarga (semoga rejeki kami selalu lancar, aamiin!).

B. Penyeimbangan
Langkah berikutnya adalah, menyeimbangkan antara nilai pemasukan dan pengeluaran. Tidak lucu kan, kalau besar pasak daripada tiang.

Bagaimana kalau pengeluaran wajib lebih besar dari pada sumber pemasukan? Ya satu-satunya cara, adalah penyesuaian kembali anggaran. Dan hal ini tergantung kondisi masing-masing rumah tangga. Ada yang menyesuaikan di anggaran rekening, atau belanja, atau juga kesehatan. Tergantung prioritasnya, sih. Yang penting, sebisa mungkin hindari HUTANG!

Kenapa hindari hutang? Ya pastinya sudah jelas : hutang tetap terhitung defisit anggaran, dan istilahnya orang Jawa : mbendol mburi! Yah, semacam kesenangan sesaat yang pada akhirnya tetap harus dibayar. Duh, semoga dihindarkan dari hutang deh.

Bagaimana dengan kartu kredit? Walaupun juga berarti hutang (di dunia modern), kartu kredit bisa tetap bermanfaat tanpa membuat defisit anggaran, asalkan : (1). Limit realistis, tidak lebih dari 1/3 pendapatan bulanan; (2). Pemakaian tidak melebihi limit, lebih baik lagi kalau membatasi diri sendiri pemakaian sampai dengan nominal tertentu; (3). Pembayaran tagihan masuk dalam daftar pengeluaran wajib.

Tapi khusus kartu kredit, saya hanya menggunakannya untuk penggunaan pribadi sih, bukan rumah tangga. Entah kalau sudah menikah nanti (eh, mungkin minta dibayarin suami saja ya? :p ).

C. Siapkan Dana Tunai
Kalau sudah seimbang antara pemasukan dan pengeluaran, saya biasanya akan menyiapkan uang tunai sejumlah yang dibutuhkan dalam catatan pengeluaran.

Lho, memangnya harus tunai ya? Ya tidak juga sih. Tapi buat saya, uang tunai akan lebih mudah untuk diakses oleh penghuni rumah, mengingat sehari-hari yang ada di rumah adalah bapak-ibu yang sudah pensiun. Akan merepotkan kalau harus menunggu kami pulang di sore/malam hari membawa dana tunai sesuai yang dibutuhkan, padahal butuhnya sudah dari siang. Kalau kata Cinta sih, “Basi! Madingnya udah siap terbit!”. Lol.

Saya terbiasa menyiapkan amplop untuk masing-masing pos, supaya tidak bercampur dan lebih praktis saja sih. O iya, untuk pengeluaran yang sifatnya dibayar / dibeli melalui ATM; seperti rekening lsitrik, internet, TV, telepon; tidak saya ambil tunai. Biar tetap di rekening bank saja. Stay there, stay safe.

D. Catat
Kemudian yang paling penting adalah : CATAT!
Kenapa? Karena dengan adanya catatan keuangan, kita akan bisa mengevaluasi; apakah anggaran kita sudah realistis? Apakah ternyata bisa dikurangi, atau malah harus ditambah? Atau mungkin bisa ada subsidi silang antar pos pengeluaran?


Apabila langkah-langkah tersebut konsisten dilakukan setiap bulannya, seharusnya sih bisa lebih efisien dan lebih tenang. Tidak ketar-ketir menjelang tengah atau akhir bulan memikirkan dana yang ada, cukup atau tidak ya?

Yah, walaupun topik post ini rasanya kok 'ibu-ibu' banget, tapi penting lho! *iya-in aja lah*


Semoga saat sudah menikah (aamiin!) dan menjadi istri dan ibu nanti, saya tetap bisa konsisten menjalankannya. Asal….tidak impulsif saat melihat barang yang disuka :))