Friday, March 4, 2016

Untitled (2)

I believe my heart. 
It believes in you. 
It's telling me that what I see is completely true. 
I believe my heart. 
How can it be wrong? 
It says that what I feel for you I will feel my whole life long. 

I Believe My Heart - Duncan James
-Terdengar dari radio mobil saat pulang kantor, sekitar pukul 17.30, menunggu lampu merah berubah hijau-



Saya seorang extroverted introvert. Introvert yang extrovert.

Artinya, saya suka bertemu orang baru, atau membaur di lingkungan baru. Saya suka berbicara tentang diri saya, dan hal-hal normal selayaknya seorang extrovert.
Tapi akrab sekalipun tidak membuat seseorang saya tahbiskan sebagai orang yang mengetahui saya luar-dalam.
Bukan berarti saya menggunakan topeng. Hanya saja, saya merasa tidak nyaman jika harus membuka diri saya kepada orang lain yang, yah, mungkin tidak terlalu peduli dengan sosok 'saya'. Yang bisa jadi, hanya nyaman dengan saya untuk bersenang-senang saja, atau karena kesamaan hal-hal favorit semata.

Dan lama waktu mengenal bukan pula menjadi patokan keterbukaan saya terhadap seseorang. Yah biasanya, saya 'memutuskan' untuk terbuka dengan seseorang dengan cara (please don't call me cheesy :p )......percaya dengan kata hati. So naive, I know. Hehe.

Ketika hati saya berkata bahwa saya bisa terbuka dengan seseorang, maka saya percaya itu.
Jadi ketika saya baru mengenal seseorang, dan dapat terbuka dengan orang tersebut, maka percayalah bahwa saya sudah melakukan lompatan besar di luar kebiasaan saya.
Yang artinya, mungkin, orang itu cukup istimewa.

Tapi belum tentu istimewa untuk seterusnya. Karena dalam setiap 'lompatan' tersebut, selalu diikuti dengan kekhawatiran bahwa saya telah salah menilai.
"Salah ga ya? Jangan-jangan dia sebenarnya ga care, cuma yah baik aja. Jangan-jangan saya salah menilai. Jangan-jangan cuma manfaatin aja.. Jangan-jangan...."
 Dan jujur saja, apabila saya tidak menemukan jawaban kekhawatiran saya, saya akan lebih memilih untuk....berhenti.
Berhenti sejenak untuk melihat, apakah yang saya lakukan sudah benar? Apakah sudah ada jawaban? Apakah dia juga melakukan hal yang sama, berusaha untuk mengenal saya sedalam-dalamnya?

Jika masa hiatus itu butuh waktu lama dan tidak menemukan jawaban apa pun, ya sudah.

Let it go.

(Lha wong yang sudah mengenal luar-dalam dalam waktu lama, nyatanya tidak berjuang sungguh-sungguh - iya, ini curcol )


NB : and I'm still waiting.


No comments:

Post a Comment